Reuni 212:Masih Saja Berlanjut ?
Reuni 212 : Masih
Berlanjut ?
Oleh : Sri Utami
Masih
ingatkah dengan aksi 212 yang menjadi fenomena di Desember 2016 lalu ?? aksi
yang dilakukan oleh umat muslim di seluruh Indonesia berpusat di Jakarta,
tepatnya di Monumen Nasional (Monas). Aksi yang dilakukan karena sambutan yang
dilakukan oleh mantan orang nomor satu di Jakarta, Basuki Tjahja Purnama atau
yang disapa Ahok dianggap melecehkan agama. Saat melakukan aksi
blusukan/kunjungan di salah satu lokasi di Jakarta pra-pilkada gubernur masa
jabatan 2017-2022 tersebut, dianggap menyinggung umat muslim dikarenakan
ucapannya yang menyebutka surat dalam al-Qur’an, yaitu QS Al-Maidah ayat 51
yang berbunyi :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Ya> ayyuha>l-laz}i>na
a>manu>
la>
tattah}idzu>l
yahu>da
wannas}a>ra
auliya>-a
ba'd}uhum
auliya>-u
ba'dhin wa man yatawallahum minkum fa-innahu minhum innallaha la>
yahdi>l
qaumazh-zha>limi>n(a).
Aksi 212 ini adalah aksi lanjutan umat
muslim Indonesia setelah aksi 411, yang dilakukan satu bulan sebelumnya. Aksi
ini dianggap sebagai salah satu konflik terbesar dalam sejarah Indonesia yang
melibatkan umat muslim seluruh Indonesia didalamnya.
Menurut
Yusuf Zainal Abidin dan Beni Ahmad Saebani dalam bukunya Pengantar Sistem
Sosial Budaya Indonesia[1]
bahwa
secara sosiologis, konflik diartikan sebagai proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dengan orang (kelompok) lain, dengan tujuan
salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Konflik dapat dilatarbelakangi dari perbedaan
ciri-ciri, menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat-istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya.
Telah ditegaskan bahwa,
konflik dapat ditimbulkan akibat adanya perbedaan keyakinan baik dari individu maupun
kelompok. Meski keyakinan adalah bagian dari privasi seorang, hubungan
manusia terhadap Tuhannya, namun aksi 212 dapat menjadi bukti nyata tentang
keyakinan dapat membuat pertentangan antar pemeluk keyakinan, baik perseorangan
maupun kelompok. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat muslim yang dinyatakan Ahok
pemeluk kristiani, menimbulkan adanya persinggungan antara 2 kelompokberkeyakinan
yang menimbulkan dampak tak terduga bagi hubungan sosial di masyarakat hingga
negara. Dampak dari aksi yang berlangsung di 2 Desember silam sedikitnya
memberi dampak profitbagi kalangan dalam negeri, yakni pedagang di
wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dimana banyak orang yang memanfaatkan peristiwa
aksi tersebut untuk menjual aneka pernak-pernik yang berkaitan dengan al-Qur’an
dan kebutuhan umat muslim. Seperti halnya kaos bertuliskan surat al-Maidah,
sorban, tasbih, jubah, hingga perlengkapan sembahyang, dll. Kegiatan tersebut
mendatangkan keuntungan bagi pihak seller Indonesia. Namun, disisi lain
ternyata terdapat dampak negative yang harus diterima Indonesia, sebab
aksi 212 yang dilakukan oleh umat muslim tersebut membuat berkembangnya isu di
luar negeri, bahwa Indonesia adalah negara yang tidak aman. Sehingga banyak
penarikan kembali saham investor dari Indonesia. Aksi 212 ini, yang telah direncanakan
oleh beberapa pihak untuk tujuan yang entah baik atau sebaliknya. Namun, perlu
digaris bawahi bahwa, memobilisasi massa sedemikian banyak dari seluruh
Indonesia untuk datang ke Jakarta diperlukan kemampuan mempengaruhi yang tentunya
telah direncanakan jauh hari sebelumnya.
Aksi yangdapat dikatakan
sebagai strategi perencanaan jauh hari, untuk menjatuhkan nuklir dijantung pertahanan
musuh. Sebab, aksi tersebut terjadi manakala pilkadaJakarta akan berlangsung,
sehingga membuat Ahok harus jatuh saat dirinya akan memimpin kawanan Elang.
Ahok harus tersandung masalah tatkala ia akan mencalonkan diri sebagai gubernur
periode 2017-2022, sehingga membuat imagedari Ahok menurun di kalangan
masyarakat Jakarta, sehingga harus kalah dalam pilkada putaran kedua melawan
pasangan nomor urut 3 Anies Baswedan – Sandiaga Uno. Akibat kasus yang menimpanya ini, Ahok harus
rela kehilangan beberapa persen pendukungnya dari aliansi Teman Ahok. Meanset
yang dibuat media mampu merubah pandangan masyarakat terhadap eksistensi Ahok. Terbukti
dengan menurunnya elektabilitas pendukung masyarakat kepada Ahok. “Konflik
adalah ekspresi pertikaian yang dapat merubah pandangan dan menunjukkan
perbedaan”, hal tersebut diungkapkan oleh Pace & Fauless[2] untuk
mendukung nasib malang yang ditimpa
Ahok. Sebab, 80% penduduk Indonesia
adalah pemeluk agama islam, dan kasus tersebut menimbulkan perasaan
berbeda antara diri seseorang muslim dengan Ahok seorang kritiani.
Jika
sebelumnya orang mengesampingkan keyakinan untuk kemajuan Jakarta yang lebih
baik, demi terciptanya pluralitas agama yang di populerkan oleh Abdur Rahman
Wachid (Presiden ketiga RI). Namun, dengan pernyataan Ahok yang terekam kamera celluler
salah satu warga, yang kemudian difiralkan di media sosial membuat penilaian
warga masyarakat berubah 180 derajat terhadap Ahok. Pasca kejadian tersebut, 4
bulan setelah beberapa kali sidang yang dilakukan Ahok hingga berakhirnya pilkada
Jakarta, Ahok resmi di tahan. Pasca ditahannya Ahok, banyak kejadian lucu yang
terjadi di balai kota. Dimulai dari turunnya pengunjung balai kota, banyaknya
pegawai yang absen hingga karangan bungan yang memenuhi balai kota pasca
selesainya masa jabatan Ahok-Djarot yang sempat firal di media sosial saat
dilantiknya Anies-Sandi sebagai Gubernur Jakarta yang baru.
Kini, marak beredar di
media sosial terkait akan diadakannya reuni akbar terkait aksi 212 umat muslim
di Indonesia. Banyak pertanyaan yang kemudian timbul akibat adanya wacana reuni
aksi 212 tersebut. Apakah aksi tersebut dianggap sebuah lelucon ? sebab, aksi
yang dilakukan sebagai wujud protes terhadap sebuah kasus penistaan agama dibuat
sebagai hari yang harus selalu diperingati dan harus ada wacana reuni seperti
sekolahan.
Bila dikaji ulang aksi
yang dilakukan sebagian umat muslim tersebut, tergolong ketergesaan tindakan
yang dipelopor beberapa tokoh agama dalam memobilisasi massa.Dimana video yang
tersebar tidak diperhatikan secara rinci dan real, terbukti dengan ditemukannya
adanya pemotongan kata dalam video yang berdurasi sekitar 2 menit tersebut.
Juga pengklarifikasian dan permohonan maaf yang dilakukan Ahok secara langsung
melalui media konvensional yang tidak digubris sama sekali, sehingga aksi tak
dapar dihentikan. Pluralitas yang dimunculkan presiden ke-empat RI hilang dalam
sekali kasus. Pembelajaran yang perlu
diambil oleh banyak pihak terkait berita, video, foto, dan unggah di media
sosial perlu diteliti dan dibuktikan secara utuh, agar kesalah pahaman tidak
menodai keindahan perbedaan di Indonesia
yang telah terjalin puluhan bahkan ratusan tahun silam. Seperti kata pepatah,
noda setitik merusak susu sebelanga.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yusus Zainal dan Beni Ahmad Saebani. Pengantar
Sistem Sosial Budaya di Indonesia. Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2014.
Komentar
Posting Komentar